Setelah
sebelumnya backpacking ala-ala ke Pulo Raya, beberapa dari teman backpacker
udah ngewacanain untuk backpacking ke Pulau Gosong di Abdya, akhir bulan
januari nanti. Gak taunya, seminggu yang lalu saya dapat ajakan untuk bergabung
teman-teman backpacking ke Pulo Breuh dan Pulo Teunom. Akan sangat menyesal kalau
waktu itu saya menolak dengan alasan kerja *hahahahaha
Pulo Aceh
(atau Pulau Aceh) merupakan suatu kecamatan dari kabupaten aceh besar di ujung
Sumatra, yang terdiri dari berbagai pulau-pulau lain. Sebut saja Pulau Benggala, Pulau Breuh, Pulau Nas, dll. Dan kesanalah tujuan backpacking saya dan
teman-teman kali ini, khususnya Pulau Breuh dan Pulau Teunom, yang jaraknya
sekitar 1 jam satu sama lain.
Persiapan hingga hari keberangkatan
Berdasarkan
pengalaman sebelumnya di Pulo Raya, persiapan saya ya gak jauh-jauh sama yang
sebelumnya. Yang kebayang suasana di Pulo Breuh nanti ya sama kayak di Pulo
Raya, (almost) gak berpenghuni, tidur di tenda / hammock, toilet yang dibuat
seadanya buat beberapa hari, kalau kebelet BAB sila merapat ke semak-semak
terdekat. Lebih parah lagi, saya gak ngebayangin – dan gak nanya pula – lama
perjalanan dari Banda Aceh ke Pulo Breuh yang gak taunya cukup lama. Cukup
bikin panik ngebayangin perjalanan dengan boat selama 3.5 – 4 jam. Err
Layaknya
trip-trip yang lain, sebelum keberangkatan kita udah sempat duduk bareng
beberapa kali. Pembahasan ya gak jauh-jauh dari dana, kebutuhan (logistic dll)
selama di pulau, rencana mau ngapain aja, dan hal-hal terkait.
![]() |
On the way to Pulau Breuh, Lets go! | Src : Fahri |
Kamis, sekitar
jam 1.15 siang, semua anggota tim berkumpul di warung kopi dekat dengan lokasi
boat berlabuh. Disanalah saya pertama kali kenal dengan semua tim backpacking
*haha. Sebelumnya udah ketemu dengan 7 orang lainnya, dan di hari H ada
tambahan personil – yang alhamdulilah sekali menambah kegilaan selama trip kali
ini :D
Sekitar
pukul 2.30, boat Meulingge bergerak meninggalkan dermaga. Our trip has
officially started.
Sepanjang
perjalanan yang cukup lama itu bisa dikatakan masih edisi kenalan dengan
anggota trip lainnya. Dari 10 orang, cuma saya yang baru pertama kali ngetrip
bareng mereka, alias yang paling gak dikenal sama semua. Gak jarang saya kaget dengan kelakuan atau
ucapan dari teman-teman. Belakangan, semuanya bisa jadi bahan tertawaan :D
Perjalanan kami
ke Pulo Breuh ditemani dengan ombak yang semakin lama semakin mengganas yang
setiap saat siap menghujani kami di dalam boat. Basah? udah pasti, mabuk laut?
Perasaan cukup bercampur aduk, pengen muntah tapi harus langsung ke lautnya
bikin saya enggan untuk sekedar mual, kalau perlu mual - muntahnya ditahan
sampe berjam-jam kemudian.
Kondisi di boat | Src : Fais |
Yang paling berkesan dan gak bisa
dilupain, pemandangan alam yang luar biasa indahnya senantiasa mendampingi
kami. Deretan bukit-bukit menghijau yang keindahannya mungkin setara dengan
perbukitan di New Zealand sana, tebing-tebing yang dikakinya dihiasi dengan
pecahan ombak laut, hamparan laut sejauh mata memandang tanpa ada penghalang
sesuatu apapun, terik sinar matahari yang seakan ngingatin ,” siap-siap gosong ya
selama trip” :D
![]() |
Selain hamparan laut, perbukitan nan hijau jadi penyejuk mata selama perjalanan |
4 jam pun
berlalu, saya yang awalnya masih gemetaran, deg-degan, berangsur-angsur santai
menikmati perjalanan itu, sampai akhirnya dermaga Meulingge terlihat di
kejauhan.
Alhamdulillah
J
Day 1, nyampe di Pulau Breuh
Begitu
nyampe di Pulau, kita langsung bergerak ke rumah penduduk yang lokasinya gak
terlalu jauh dari dermaga. Fyi , Meulingge itu hanya 1 dari beberapa dermaga
yang ada. Sesuai kebutuhan mau ke bagian mana dari pulau, pengunjung bisa
sesuaikan perjalanan dengan boat yang mendarat di daerah yang mereka inginkan.
![]() |
Unload barang dari boat |
Selama di
Pulau Breuh, kita menginap di rumah penduduk yang super friendly, yang juga memfasilitasi kita dengan makanan dan penginapan. Jadinya tenda
dan hammock gak tersentuh sementara waktu. Cuaca yang suka tiba-tiba hujan gak
memungkinkan untuk masang hammock untuk tidur.
Obrolan dengan penduduk lokal jadi salah satu agenda malam itu. Teman-teman para suhu di dunia per-backpacker-an ini rupanya udah kenal dan cukup akrab dengan orang-orang di sana. Dengan bahasa aceh yang cukup kental logat aceh rayeuk nya, jadilah di hari pertama itu semacam test kemampuan dasar bahasa aceh, seberapa jauh saya ngerti mereka ngomong apa. Kadang cuma bisa melongo, mencoba mengerti dan mencerna kata perkata, dan yang paling aman adalah pura-pura ngerti hehe. Gak jarang jadi nanya ke teman-teman, mereka ngebahas apaan haha.
![]() |
Perlengkapan untuk masak selama di Pulau |
Malam pertama di sana, ditutup dengan obrolan sesama kita di teras rumah, dengan suguhan kopi panas, dan tentunya ngunyah macam-macam, alias segala macam :D
Day 2, Lets go around!
Rencananya,
hari kedua kita mau ke willem’s torrent, mercusuar yang hanya ada beberapa di
dunia itu. Tapi karena kondisi yang tidak memungkinkan, rencana dibatalkan
sampai waktu yang belum ditentukan – karena cuaca maupun rencana kita lainnya.
Akhirnya pagi itu kita mutusin untuk jalan ke arah pantai.
Air laut yang
jernih, pasir putih, bebatuan dan karang, bangkai kapal karam, semuanya menjadi
daya tarik sendiri selama berjalan menyusuri pantai Meulingge. Di sudut ujung
pantai ada sebuah tebing yang menjulang, gak sulit naiknya, apalagi setelah
nyampe di atas ada hamparan alam nan menawan. Kalau istilah anak-anak jaman
sekarang, lokasinya itu instagramable banget :D
![]() |
Pantai di Meulingge |
Betah berlama-lama di atas bukit itu, rasanya mata kembali segar, pikiran kembali jernih, seakan-akan duduk di atas sana sambil mandangin hamparan laut dan gugusan pulau-pulau lain di kejauhan memberikan energi positif yang luar biasa efeknya untuk saya. Tapi terik matahari yang semakin menyengat dan suara panggilan dari teman-teman "memaksa" saya dan beberapa lainnya untuk bergegas turun dan berjalan menyusuri pantai, untuk kemudian ngopi di warung warga di dekat pantai.
Siang
menuju sore, dengan menyewa mobil penduduk lokal, kita berangat ke Rinon,
Lambaro, hingga Lampeuyang, beberapa derah lainnya di Pulo Breuh, dari hunting
foto dermaga dan kapal yang sedang berlabuh, hamparan alam nan cantik, makan
bakso di Paloh, hingga mengejar sunset di Lambaro.
Explore Pulau Breuh | Src : Fais |
Ketiga daerah yang saya
sebutkan di atas semuanya menyuguhkan alam yang serupa tapi tak sama. Sama-sama
berlatar belakang laut, tapi keindahan yang disajikan cukup berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Makanya gak heran, setiap saat ada yang minta mobilnya
diberhentiin karena ada spot cantik yang wajib diabadikan. Terutama Rinon, kecantikannya ajaib, luar biasa cakepnya, cuma bisa terkagum-kagum melihat alam yang disuguhkan di sini.
" ketika kita menikmati dan mengagumi keindahan yang alam suguhkan,
bagaimana mungkin kita melupakan Dia, sang pencipta keindahan itu sendiri"
Sunset in Pulau Breuh | Src : Fais |
Perjalanan sekitar 2 jam itu, juga senantiasa diselingi dengan candaan dan obrolan "gila" dari teman-teman. Gak jarang karena saking keasikan ngakak, kita missing 1-2 spot cantik di sepanjang perjalanan.
Panggilan azan maghrib terdengar di kejauhan, penjelajahan kita hari itu dihentikan. Langit juga mulai semakin gelap, kita pun kembali ke Meulingge. Bintang-bintang pun mulai kelihatan satu persatu, menghiasi langit malam dan kami dalam perjalanan pulang.
Eh bentar, maksud hati di hari kedua ini kita akhiri dengan ngopi-ngopi di warug kopi di pinggir pantai. Apa daya dalam perjalanan pulang dari warung kopi itu, kita dapat gurita, yah.. ngunyah lagi sampe rumah :D
Day 3 ...
Panggilan azan maghrib terdengar di kejauhan, penjelajahan kita hari itu dihentikan. Langit juga mulai semakin gelap, kita pun kembali ke Meulingge. Bintang-bintang pun mulai kelihatan satu persatu, menghiasi langit malam dan kami dalam perjalanan pulang.
Eh bentar, maksud hati di hari kedua ini kita akhiri dengan ngopi-ngopi di warug kopi di pinggir pantai. Apa daya dalam perjalanan pulang dari warung kopi itu, kita dapat gurita, yah.. ngunyah lagi sampe rumah :D
Day 3 ...
mupeeeeeng.... hiks
ReplyDeleteso? day 3? to be continued?? bek trep mira.. sambong aju.. HAHAHAHA
:D , tu lah via.. banyak kali ceritanya.. sampe capek nulisnya..dan itu banyak di skip pula :D
DeleteKalo udah emak2 udah susah jln2x seru kaya gitu,
ReplyDeletehehehe iya ya kak.. tapi masih akan tetap bisa kok, banyak temen mira yang bawa anak smape ke pulau :)
Deleteseru kalo rame-rame bareng temen-temen gitu :D
ReplyDeletebanget, walopun sebagian besar baru kenal pas mau trip
DeleteSunsetnya cakep kali kak mira...
ReplyDeleteAjak saya... ajak saya lagi... #mintaSambilGuling-guling
hahaa.. coba cek fb / ig nya traverious, udah ada jadwal trip lainnya tina :D , fotonya juga punya mereka
DeleteGitu ya, pamer. Dikira kami gak kepingin apa?
ReplyDeleteYang kamu lakukan itu jahhaaat.
:D :D , tunggu kami di takengon bang :D
DeleteOOhh,, jadi kalau berangkat sendiri2 ceritanya ni..
ReplyDeletehahahahaa.. yuk lah next trip rame2 dr gib :D
DeleteJadi teringat ekspedisi ku tahun lalu ke Pulau Breuh ini :D http://www.yellsaints.com/2015/10/anak-pulau.html
ReplyDeletewahh udah pernah yaa.. asik kali pulaunya kan :D
Deletepemandangan sunsetnya kecee banget ya.
ReplyDelete